Sabtu, Februari 07, 2009

Al-Wala' Wal Baro' dalam Islam 4

Bab III. Kriteria pembagian wala' & bara'

Manusia dalam loyalitas dan disloyalitas/perlepasan diri terbagi dalam tiga kelompok :
Pertama: Orang yang dicintai dengan kecintaan yang murni dan tidak dicampuri dengan permusuhan
Mereka itulah orang-orang beriman yang ikhlas ; yang terdiri dari para nabi, shiddiqin (orang-orang yang selalu membenarkan), para syuhada' (orang-orang yang mati dalam peperangan/mati syahid), dan orang-orang yang shalih, yang berada di barisan paling depan di antara mereka adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka kecintaan kepada beliau haruslah lebih besar dibanding dengan kecintaan kepada diri sendiri, anak, orang tua dan seluruh manusia, kemudian (kecintaan setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) kepada isteri-isteri beliau Ummahatul Mukminin, Ahli Bait-nya (keluarganya) yang baik, Sahabat-sahabat beliau yang mulia, khususnya para Khulafaur Rasyidin, sepuluh orang Sahabat (yang dijanjikan bagi mereka jannah), kaum Muhajirin, kaum Anshar, Ahli Badar, Ahlu Baitur Ridwan (yang ikut Bai'at Ridwan), kemudian seluruh sahabat, para Tabi'in, dan yang hidup pada masa yang diutamakan oleh Allah dan para Salafus shalih serta imamnya seperti empat orang imam madzhab, (Abu Hanifah, Malik, Syafi'i dan Ahmad rahimahumullah).
Firman Allah Ta'ala.
"Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a : "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". [Al-Hasyr : 10]
Tidak akan ada orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan membenci para sahabat dan salafus shalih dari umat ini, hanya orang-orang yang menyeleweng, orang-orang yang munafik dan musuh-musuh Islam-lah yang membenci mereka seperti kaum Rafidhah dan kaum Khawarij. Kepada Allah-lah kita mohon ampunan.
Kedua: Orang yang dibenci dan dimusuhi secara totalitas tanpa adanya kecintaan dan loyalitas.
Mereka itu adalah orang yang betul-betul ingkar dari kalangan orang-orang kafir, orang-orang musyrik, orang-orang munafik, dan orang-orang murtad, serta orang-orang yang tidak mengakui adanya Allah Ta'ala. Dengan berbagai macam bentuk kelompoknya.
Firman Allah.
"Artinya : Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka". [Al-Mujadilah : 22].
Dan Allah berfirman tentang pencelaan kepada Bani Israil.
"Artinya : Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka ; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik". [Al-Maidah : 80-81]
Ketiga: Adalah orang yang dicintai dari satu segi dan dibenci dari segi lain sehingga terpadu padanya kecintaan dan permusuhan.
Mereka itu adalah orang-orang mukmin yang durhaka : mereka dicintai karena adanya keimanan dan dibenci karena adanya kedurhakaan yang tidak menjadikan mereka kafir dan musyrik.
Kecintaan terhadap mereka mengharuskan untuk menasehati dan mengingkari mereka ; maka tidak diperbolehkan seseorang diam atas kemaksiatan yang mereka lakukan, tetapi harus diingkari, diperintah untuk berbuat kebaikan, dilarang untuk melakukan kemungkaran serta dilaksanakan had-had (hukuman berat) dan ta'zir-ta'zir (hukuman ringan/peringatan) terhadapnya sampai mereka berhenti dari kemaksiatan dan bertobat dari dosa-dosa. Akan tetapi mereka tidak boleh secara mutlak dibenci dan dijauhi ; sebagaimana perkataan kaum Khawarij terhadap orang yang melakukan dosa besar yang tidak menjadikan pelakunya menjadi musyrik. Namun, juga tidak dicintai dan berloyalitas secara mutlak ; sebagaimana perkataan kaum Murji'ah. Tetapi kita bersikap adil dalam menilai mereka sebagaimana yang kami sebutkan tadi. Dan itu adalah (merupakan) Madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Cinta karena Allah dan benci karena Allah merupakan tali keimanan yang paling kuat, dan seseorang itu bersama orang yang ia cintai pada hari kiyamat ; sebagaimana disebutkan di dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Sungguh keadaan telah banyak berubah. Pada umumnya kecintaan dan kebencian seseorang kepada yang lain semata-mata di dasari nilai-nilai keduniaan.
Seseorang yang mempunyai nilai-nilai keduniaan maka ia dicintai walaupun ia adalah musuh Allah dan Rasul-Nya ; sebaliknya seseorang yang tidak memiliki nilai-nilai keduniaan ia dibenci meskipun ia kekasih Allah dan Rasul-Nya, sebab nilai-nilai yang paling rendah, sempit dan hina.
Abdullah bin Abbas berkata : "Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, berloyalitas karena Allah, berdisloyalitas karena Allah, maka dengan itulah ia akan memperoleh perwalian dari Allah. Sungguh nilai-nilai persaudaraan saat ini pada umumnya ditegakkan di atas nilai-nilai dunia dan kebendaan yang sungguh tidak akan mendatangkan manfaat sama sekali bagi siapapun".
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah berfirman : 'Siapa yang memusuhi wali-Ku, sungguh Aku umumkan perang terhadapnya". [Hadits Riwayat Al-Bukhari]
Manusia yang paling keras peperangannya terhadap Allah adalah orang-orang yang memusuhi, mencela, meremehkan para shahabat Rasulullah. Sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :
" Ya Allah (jagalah) shahabat-shahabatku, jangan kalian jadikan mereka sebagai musuh, maka siapa yang menyakiti mereka berarti menyakiti aku dan siapa yang menyakiti aku berarti ia telah menyakiti Allah dan siapa yang menyakiti Allah, dikhawatirkan akan disiksa". [Hadits Riwayat At-Tirmidzi dan yang lain].
Memusuhi dan menghina shahabat telah dijadikan diin dan aqidah oleh sebagian kelompok-kelompok sesat.
Kita berlindung kepada Allah dari kemurkaan dan adzab-Nya yang pedih dan kita memohon kepada-Nya ampunan dan kesejahteraan-Nya. Sholawat dan salam serta keberkahan untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.


Sumber : Al-wala' wal-Bara' fil Islam / Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Al-Wala' Wal Baro' dalam Islam 3

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil". [Al-Mumtahanah : 8].
Maksudnya adalah bahwa siapa saja dari orang-orang kafir yang berhenti (tidak) menyakiti kaum muslimin dengan tidak memerangi dan mengeluarkan mereka dari negeri-negeri mereka, maka seyogyanya kaum muslimin membalas dengan berbuat baik dan adil terhadapnya dalam bermua'malah (bergaul) pada urusan-urusan duniawi tanpa mencintainya dengan hati mereka. Karena Allah Ta'ala berfirman :
"berbuat baik dan berlaku adillah kepada mereka (orang-orang kafir)".
dan tidak berfirman : "Tolong dan cintailah mereka".
Dan seperti (sebagaimana) ini juga, firman Allah Ta'ala dalam masalah kedua orang tua :
"Artinya : Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku". [Luqman : 15].
Telah datang ibu Asma' kepada Asma' (binti Abu Bakar Ash-Shiddiq) meminta kepadanya agar tetap menjalin hubungan (silaturahmi) dengannya padahal ibunya itu masih dalam keadaan kafir, lalu Asma' Radhiyallahu anha meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya (Asma') : " Sambunglah tali silaturahmi dengan ibumu".
Dan Allah telah berfirman :
لا تجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من حاد الله ورسوله ولو كانوا آباءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم ...
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasulnya sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara atau pun keluarga mereka.” (Al-Mujadalah : 22).
Menjalin tali hubungan (silaturahmi) dan kemaslahatan dunia (balasan dunia) adalah satu urusan adapun kecintaan adalah satu sisi yang berbeda karena di dalam menjalin tali silaturahmi dan bagusnya pergaulan akan mendorong kepada orang kafir untuk masuk Islam ; jadi keduanya (tali silaturahmi dan bagusnya pergaulan) merupakan sarana dakwah ; berbeda dengan kecintaan dan berloyalitas, yang keduanya menunjukkan tanda setuju terhadap keadaan orang kafir dan ridha terhadapnya, yang menyebabkan seseorang tidak dapat mengajak orang kafir untuk masuk Islam.
Begitu juga diharamkannya berloyalitas (berwala') kepada orang kafir itu bukan berarti haram pula untuk bermuamalah dengan mereka dalam urusan bisnis yang dihalalkan seperti mengekspor barang-barang dan hasil-hasil yang bermanfaat juga tidak dilarang bagi setiap muslim untuk mengambil manfaat dari pengalaman pengalaman serta penemuan-penemuan mereka ; sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyewa Ibnu Uraiqith Al-Laitsy sebagai penunjuk jalan padahal dia kafir. Juga beliau pernah berhutang dari sebagian orang-orang Yahudi. Pada waktu kaum muslimin masih mengimpor barang-barang dan hasil-hasil dari orang kafir, namun demikian ini merupakan bentuk jual beli dengan mereka. Mereka tetap tidak ada keutamaannya bagi kita, dan hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan kecintaan dan perwala'an (perloyalitas) terhadap mereka, karena Allah Ta'ala telah mewajibkan untuk mencintai dan berwala' kepada orang- orang yang beriman serta membenci dan memusuhi orang-orang kafir.
Allah berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. Akan tetapi jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (72). Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar". [Al-Anfal : 72-73]
Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata : Makna dari ayat “Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar" ialah : "Jika kamu tidak mengesampingkan orang-orang musyrik lalu berwala' kepada orang-orang beriman, jika itu tidak kalian lakukan pasti akan terjadi fitnah terhadap manusia yaitu bersatunya segala urusan dan campurnya orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir akhirnya akan terjadi di antara manusia kerusakan yang terus tersebar dan tidak ada henti-hentinya".
Saya katakan : Hal inilah yang telah terjadi pada zaman (ini) hanya Allah-lah tempat meminta pertolongan.

Sumber : Al-wala' wal-Bara' fil Islam / Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Wala' Wal Baro' dalam Islam 2

Bab II. Bentuk Loyalitas Kepada Orang Beriman

Adapun bentuk-bentuk loyalitas (wala') terhadap orang-orang yang beriman telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, yaitu :
Pertama: Berhijrah ke negara kaum muslimin, dan meninggalkan negara orang-orang kafir
Hijrah artinya pindah dari negara orang-orang kafir ke negara kaum muslimin untuk menyelamatkan Ad-Diin.
Dan hijrah dalam artian serta untuk tujuan ini hukumnya wajib sampai terbitnya matahari dari arah barat ketika Hari Kiamat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah berlepas diri dari setiap muslim yang bermukim di antara orang-orang musyrikin, maka haram bagi seorang muslim bermukim di negara-negara kafir, kecuali jika tidak mampu berhijrah dari tempat itu, atau dalam bermukimnya itu terdapat maslahat Ad-Diin, misalnya berdakwah kepada Allah dan menyebarkan Islam.
Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini'. Mereka menjawab :'Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)'. Para malaikat berkata : 'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah dibumi itu'. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk- buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah), mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun". [An-Nisa : 97-99].
Kedua: Membantu dan menolong kaum muslimin dalam urusan diin dan duniawi baik dengan jiwa, harta, juga dengan lisan (perkataan).
Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain". [At-Taubah : 71].
Dan Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka". [Al-Anfal : 72].
Ketiga: Merasa sakit atas penderitaan kaum muslimin, serta berbahagia dengan kebahagian mereka.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Perumpamaan kaum muslimin dalam cinta kasih, dan lemah lembut serta saling menyayangi antara mereka seperti satu jasad (tubuh) apabila satu anggotanya merasa sakit, maka seluruh jasadnya ikut merasa sakit".
Dan beliau bersabda :
"Artinya : Seorang mukmin dan mukmin lainnya adalah bagaikan suatu bangunan yang sebagiannya menutup bagian lainnya (seraya/sambil merapatkan antara jari-jari beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam)".
Keempat: Memberi nasehat serta mencintai kebaikan kaum muslimin serta tidak menghina dan tidak menipu mereka.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Artinya : Tidaklah seorang di antara kamu beriman sehingga ia mencintai saudaranya seperti cintanya terhadap dirinya sendiri".
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain ; tidak meremehkannya, dan tidak menghinanya serta tidak menyerahkannya (kepada musuh), betapa buruknya jika seorang menghina (meremehkan) saudaranya yang muslim ; segala yang ada pada seorang muslim adalah haram pada muslim lainnya baik darahnya, hartanya, dan harga dirinya".
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Janganlah kalian saling membenci, saling bermusuhan, saling memata-matai dan janganlah sebagian kamu menjual (berakad) terhadap (akad) lainnya, jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara".
Kelima: Menghormati dan memuliakan kaum muslimin serta tidak mengurangi kehormatan mereka.
Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) kefasikan sesudah iman dan siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ?. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". [Al-Hujurat : 11-12].
Keenam: Senantiasa menyertai kaum muslimin baik dalam keadaan sulit maupun lapang.
Berbeda dengan orang-orang munafik yang hanya menyertai orang-orang yang beriman dalam keadaan mudah dan senang saja dan meninggalkan mereka dalam keadaan susah.
Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : (Yaitu) orang-orang yang menunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata :'Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?'. Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata :'Bukankah kami turut memenangkan kamu, dan membela kamu dari orang-orang yang beriman". [An-Nisa: 41].
Ketujuh: Menziarahi / mengunjungi kaum muslimin dan senang bertemu dengan mereka serta senantiasa berkumpul bersama mereka.
Disebutkan dalam hadits Qudsy:
"Artinya : Kewajiban cintaku bagi orang-orang yang saling berkunjung kepada-Ku".
Di dalam hadits lain disebutkan :
"Artinya : Bahwa seorang laki-laki hendak mengunjungi saudaranya karena Allah Ta'ala, lalu diutuslah oleh Allah Ta'ala seorang malaikat untuk mengikuti perjalanannya seraya bertanya :'Hendak kemanakah engkau ?'. Laki-laki itu menjawab :'Aku akan mengunjungi saudaraku karena Allah Ta'ala'. kemudian malaikat itu bertanya lagi :'Apakah kunjunganmu disebabkan suatu nikmat yang engkau harapkan dari padanya ?' Laki-laki itu menjawab:' Tidak, tapi semata-mata dikarenakan aku mencintainya karena Allah Ta'ala. Malaikat berkata :'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus kepadamu untuk menyampaikan kepadamu bahwa Allah Ta'ala mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya".
Kedelapan: Menghormati hak-hak kaum muslimin
Dengan tidak menjual (berakad) atas akad mereka, tidak menawar terhadap tawaran mereka, tidak melamar (wanita) terhadap lamaran mereka dan tidak menghalangi apa yang telah mereka dapatkan dari hal-hal yang mubah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Janganlah seseorang menjual (berakad) atas akad saudaramu. Dan janganlah melamar atas lamaran saudaranya".
Dan dalam riwayat lain disebutkan :
"Artinya : Dan janganlah menawar atas tawaran saudaranya".
Kesembilan: Bersikap lemah lembut terhadap orang lemah di antara mereka
sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Bukanlah dari golongan kami siapa saja yang tidak menghormati yang lebih besar dan menyayangi yang lebih kecil".
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Kalian mendapatkan pertolongan dan mendapatkan rizki tidak lain karena adanya orang-orang lemah diantara kalian".
Dan Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya ; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini". [Al-Kahfi : 28].
Kesepuluh: Mendo'akan kaum muslimin dan memintakan ampun bagi mereka.
Allah berfirman :
"Artinya : Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mu'min, laki-laki dan perempuan". [Muhammad : 19].
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذي سبقونا بالإيمان
“Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang beriman lebih dahulu dari kami.” (Al-Hasyr : 10).

Sumber : Al-wala' wal-Bara' fil Islam / Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Al-Wala' Wal Baro' dalam Islam

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya serta orang yang mengikuti petunjuknya. Wa ba’d
Maka sesungguhnya setelah mencintai Allah dan rasul-Nya wajib mencintai para wali Allah dan memusuhi musuh-musuh-Nya.
Diantara dasar-dasar aqidah islam adalah wajib bagi setiap Muslim untuk beragama dengan aqidah ini:
• Selalu menolong dan berloyalitas terhadap saudara-saudaranya se-Aqidah Islamiyah serta memusuhi musuh-musuh mereka
• Mencintai Ahli Tauhid serta ikhlas kepada mereka
• Dan membenci orang-orang musyrik serta memusuhi mereka.
Yang demikian itu, adalah merupakan diin Nabi Ibrahim Alaihissalam beserta orang-orang yang bersama beliau yang kita semua diperintahkan untuk mengambil contoh yang baik dari mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (٤)
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka : "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya, sampai kamu beriman kepada Allah Ta'ala saja". [Al-Mumtahanah : 4]
Persoalan ini juga merupakan diin Nabi besar Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥١)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu) ; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". [Al-Maidah : 51].
Ayat ini menerangkan tentang haramnya berloyalitas khusus kepada ahli kitab (Yahudi dan Nashrani). Adapun ayat yang menerangkan haramnya berloyalitas kepada umumnya orang-orang kafir. Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sekalian mengambil musuh-Ku dan musuh-mu sekalian menjadi teman-teman setia". [Al-Mumtahanah : 1]
Bahkan, sungguh Allah Ta'ala haramkan kepada orang-orang yang beriman untuk berloyalitas terhadap orang-orang kafir, walau mereka adalah kerabat yang paling dekat. Allah Ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الإيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (٢٣)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika mereka mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa diantara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim". [At-Taubah : 23].
Dan Allah Ta'ala berfirman :
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
"Kamu tidak akan mendapati satu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka". [Al-Mujadalah : 22].
Betapa banyak orang-orang Islam yang tidak faham terhadap dasar-dasar agama yang agung ini sampai-sampai saya pernah mendengar sebagian orang Islam yang berkecimpung dalam bidang keilmuan dan dakwah pernah berkata dalam siaran radio bahasa Arab tentang orang-orang Nasrani dengan kata-kata : "Sesungguhnya mereka adalah saudara kita". Sungguh suatu kata-kata yang sangat berbahaya.
Sebagaimana Allah Ta'ala telah mengharamkan berloyalitas terhadap orang-orang kafir, karena mereka adalah musuh-musuh Aqidah Islamiyah ini, maka Allah Ta'ala telah mewajibkan untuk berloyalitas terhadap orang-orang yang beriman serta mencintai mereka. Allah berfirman :
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ (٥٥)وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ (٥٦)
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang pasti menang". [Al-Maidah : 55-56].
Dan Allah Ta'ala berfirman :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka". [Al-Fath : 29]
Dan Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara". [Al-Hujurat : 10].
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara, baik dalam diin maupun dalam aqidah, meskipun berbeda nasab dan masa hidupnya serta berjauhan tempat tinggal mereka satu sama lain.
Allah berfirman :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (١٠)
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a : Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan jangan Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". [Al-Hasyr : 10].
Mereka senantiasa saling mencintai, walaupun tempat-tempat tinggal mereka berjauhan dan zaman mereka berbeda, orang-orang yang terakhir mengambil contoh yang baik dari orang-orang sebelumnya, sebagian mereka mendo'akan dan memintakan ampun untuk sebagian yang lain. Al-wala’ dan al-baro’ ada beberapa bentuk diantaranya adalah :
Bab I. Bentuk Loyalitas Terhadap Orang Kafir

Adapun dari bentuk-bentuk loyalitas terhadap orang kafir yaitu :
Pertama: Menyerupai mereka dalam berpakaian, ucapan dan lainnya.
Karena yang demikian itu menunjukkan cinta orang yang menyerupai terhadap yang diserupai. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka".
Maka diharamkan menyerupai orang-orang kafir dalam hal-hal yang menjadi ciri khas mereka dalam bidang ; adat istiadat, ibadah, dan sifat-sifat serta tingkah laku mereka, seperti : mencukur jenggot, memanjangkan kumis, berbahasa dengan bahasa mereka, kecuali jika diperlukan, berpakaian, makan, minum dan lainnya.
Kedua: Bermukim (tinggal) di negara orang kafir dan tidak pindah (hijrah) dari negara tersebut ke negara kaum muslimin untuk menyelamatkan Ad-Diin / agama
Sebab berhijrah untuk tujuan tersebut merupakan kewajiban bagi seorang muslim, dan berdiamnya seorang muslim di negara kafir menunjukkan loyalitasnya terhadap orang kafir. Maka dari itu Allah Ta'ala mengharamkan bermukimnya orang muslim diantara orang-orang kafir apabila ia mampu untuk berhijrah.
Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya :'Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?' Mereka menjawab : 'Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekkah)'. Para malaikat berkata :'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?' Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun". [An-Nisa' : 97-99].
Allah Ta'ala tidak menerima alasan setiap muslim yang bermukim di negara orang kafir kecuali mereka lemah, yang tidak mampu untuk berhijrah, juga orang-orang yang bermukimnya ada kemaslahatan ad diin/agama, misalnya berdakwah kepada Allah dan menyebarkan Islam, di negara mereka.
Ketiga: Bepergian ke negara orang kafir dengan tujuan wisata dan rekreasi.
Bepergian ke negara orang kafir diharamkan kecuali dalam keadaan darurat, seperti berobat, berdagang, dan belajar ilmu-ilmu tertentu yang bermanfaat, yang tidak mungkin didapatkannya kecuali dengan pergi ke negeri mereka. Hal itu dibolehkan sebatas keperluan, dan jika keperluannya telah selesai, maka wajib kembali lagi ke negara kaum muslimin. Diperbolehkannya seseorang untuk bepergian ke negara orang kafir disyaratkan juga untuk senantiasa memperlihatkan identitas diinnya, serta bangga dengan ke-Islamannya. Ia harus menjauhi tempat-tempat maksiat dan berhati-hati dari segala bentuk tipu daya para musuh-musuhnya juga diperbolehkan atau bahkan wajib bepergian ke negara mereka jika bertujuan untuk berdakwah kepada Allah dan menyebarkan Islam.
Keempat: Membantu dan menolong orang kafir untuk mengalahkan kaum muslimin, memuji-muji dan membela mereka
Hal ini merupakan bagian dari rusaknya aqidah ke-Islaman, juga penyebab dari kemurtadan. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.
Kelima: Meminta bantuan kepada orang kafir, percaya dan memberikan jabatan-jabatan yang di dalamnya terdapat rahasia-rahasia kaum muslimin, dan menjadikan mereka sebagai orang kepercayaan serta teman bertukar fikiran.
Allah berfirman :
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang diluar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan dalam hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata : 'Kami beriman'; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah dan bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka) : 'Matilah kamu karena kemarahanmu itu'. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana mereka bergembira karenanya". [Ali Imran : 118-120].
Ayat-ayat mulia tersebut di atas menjelaskan isi hati orang-orang kafir serta kebencian yang mereka sembunyikan terhadap kaum muslimin, dan apa yang mereka rencanakan untuk melawan kaum muslimin dengan tipu muslihat serta penghianatan. Juga mereka senantiasa menimpakan mudharat terhadap kaum muslimin dengan senantiasa menggunakan segala cara (sarana) untuk menyakiti orang-orang yang beriman. Dan sungguh mereka selalu memanfaatkan kepercayaan kaum muslimin terhadap mereka, lalu mereka berencana untuk menimpakan bahaya terhadap kaum muslimin.
Imam Ahmad rahimahullah telah meriwayatkan sebuah atsar dari sahabat Abu Musa Al-'Asyary Radhiyallahu anhu beliau berkata : Aku pernah berkata kepada Umar bin Khatthab Radhiyallahu anhu : Aku mempunyai seorang sekretaris seorang Nasrani, Umar bin Khatthab Radhiyallahu anhu berkata : Apa-apaan kamu ini, celakalah engkau ! Tidaklah engkau pernah mendengar firman Allah Ta'ala :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu) ; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain". [Al-Maidah : 51]
Apakah tidak mengambil orang muslim saja? Lalu Abu Musa berkata : "Kukatakan 'Wahai Amirul Mukminin bagiku tulisannya dan baginya agamanya ! Serentak Umar bin Khatthab berkata : 'Aku tidak akan menghormati mereka, sebab Allah Ta'ala telah menjadikan mereka hina, dan aku tidak akan memuliakan mereka sebab Allah telah menjadikan mereka rendah ; dan aku tidak akan mendekati mereka sebab Allah Ta'ala telah menjauhkan mereka (menjadikan mereka sangat Jauh)".
Imam Ahmad dan Imam Muslim juga meriwayatkan :
"Artinya : Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju Badar, lalu seorang laki-laki musyrikin mengikuti beliau, kemudian bertemulah di suatu tempat (bernama Hirrah), seraya berkata : "Sesungguhnya aku ingin ikut dan terluka bersamamu", Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berimankah kamu kepada Allah dan rasul-Nya ? Laki-laki itu berkata : "Tidak" kemudian Nabi Shallallahu alihi wa sallam bersabda : "Pulanglah kamu, sekali-kali aku tidak minta tolong kepada orang musyrik".
Dan dari nash-nash tersebut di atas jelaslah bagi kita haramnya memberikan pekerjaan-perkerjaan kaum muslimin kepada orang kafir, yang dengan sarana itu memungkinkan orang kafir untuk menyelidiki keadaan dan rahasia-rahasia kaum muslimin serta mengadakan tipu daya yang membahayakan mereka.
Diantara contoh yang gamblang yang terjadi akhir-akhir ini yaitu dengan didatangkannya orang-orang kafir ke negara kaum muslimin (Negeri dua tanah haram yang suci) lalu mereka dijadikan pekerja-pekerja, supir-supir, pembantu-pembantu, dan baby sitter-baby sitter di rumah mereka sehingga mereka berbaur dalam satu rumah tangga kaum muslimin yang tinggal di negera tersebut.
Keenam: Menggunakan kalender orang kafir khususnya kalender yang mencatat hari-hari suci dan hari-hari besar mereka
Seperti kalender masehi yang menyebutkan peringatan Hari Kelahiran Al-Masih Alaihissalam, yang hari raya itu adalah bid'ah yang mereka ada-adakan, dan bukanlah dari diin (ajaran) Al-Masih Alaihissalam. Maka dengan memakai kalender tersebut merupakan keikutsertaan dalam menghidupkan syi'ar dan hari besar mereka. Untuk menghindari masalah ini maka para sahabat Radhiyallahu anhum berkeinginan untuk menentukan kalender bagi kaum muslimin pada masa Umar bin Khatthab Radhiyallahu anhu ; mereka berpaling dari kalender orang kafir dengan membuat kalender yang permulaannya dihitung dari hari hijrah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, hal tersebut untuk menunjukkan wajibnya menyelisihi orang-orang kafir dalam masalah ini dan masalah-masalah lain yang merupakan kekhususan mereka, hanya Allah lah tempat mohon pertolongan.
Ketujuh: Keikutsertaan kaum muslimin di hari-hari besar orang-orang kafir
Membantu mereka dalam menyelenggarakan dan penyelenggaraannya, memberikan ucapan selamat pada hari itu atau mendatangi undangan pada hari diselenggarakannnya ucpacara pada hari itu. Firman Allah Ta'ala yang berbunyi :
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu",
telah ditafsirkan bahwa dari sifat hamba-hamba adalah sesungguhnya mereka tidak mendatangi hari-hari besar orang kafir.
Kedelapan: Memuji dan terpesona atas kemajuan orang kafir serta kagum atas tingkah laku dan kepandaian mereka tanpa melihat kepada aqidah-aqidah yang bathil dan nama mereka yang rusak.
Allah Ta'ala berfirman :
"Artinya : Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal". [Thaha : 131]
Ayat tersebut tidak dapat diartikan bahwa kaum muslimin dilarang untuk mengetahui rahasia sukses mereka dengan jalan belajar dibidang-bidang perindustrian (senjata dan lain-lain), dasar-dasar ekonomi yang tidak dilarang oleh syari'ah serta strategi-strategi kemiliteran, bahkan semua itu merupakan persoalan yang dituntut oleh Islam.
Allah berfirman.
"Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi". [Al-Anfal : 60]
Pada dasarnya hal-hal yang bermanfaat diatas dan juga rahasia-rahasia alam ini pada dasarnya diciptakan Allah Ta'ala untuk kaum muslimin.
Allah berfirman
"Artinya : Katakanlah :'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik ?'. Katakanlah : 'Semuanya itu (disediakan) bagi orng-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui". [Al-A'raf : 32]
Dan Allah berfirman.
"Artinya : Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya". [Al-Jatsiah : 13].
Allah berfirman.
"Artinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu". [Al-Baqarah : 29].
Maka merupakan suatu kewajiban bagi kaum muslimin untuk bersaing dalam menggali manfaat-manfaat dan potensi ini dan tidak perlu meinta-minta kepada orang kafir untuk mendapatkannya, mereka wajib memiliki pabrik-pabrik dan teknologi-teknologi canggih.
Kesembilan: Memberi nama dengan nama-nama orang kafir
Mereka (sebagian kaum muslimin) memberi nama anak laki-laki dan anak perempuannya dengan nama-nama asing dan meninggalkan nama-nama bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-kakek, nenek-nenek, serta nama yang dikenal di masyarakat mereka.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda.
"Artinya : Sebaik-baik nama adalah Abdullah dan Abdurrahman".
Dan akibat perubahan nama-nama tersebut, telah didapatkan suatu generasi yang mempunyai nama-nama aneh, hal tersebut menyebabkan terpisahnya generasi ini dengan generasi-generasi sebelumnya serta terputusnya hubungan baik antar keluarga yang sudah dikenal dengan nama-nama khusus mereka.
Kesepuluh: Memintakan ampun dan memintakan rahmat bagi orang kafir, yang hal itu telah diharamkan oleh Allah Ta'ala.
Allah berfirman:
"Artinya : Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam". [At-Taubah : 113].
Karena dalam permasalahan ini mengandung adanya suatu rasa kecintaan terhadap mereka dan membenarkan sesuatu yang ada pada mereka.

(Bersambung Insya Alloh)

Sumber : Al-wala' wal-Bara' fil Islam/Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Ibn-ul-Khattab (Comender Foreign Mujahidin di Caucasus)

Profile : Ibn-ul-Khattab
Gelar : Ibn-ul-Khattab, juga dikenali sebagai Khattab
Nama Sebenar : Samir Saleh Abdullah Al-Suwailem
Jabatan : Ameer Para Mujahideen Antarabangsa di Caucasus
Lahir : 1970
Warganegara : Negara Ahli GCC di Semenanjung Arab
Bahasa Pertuturan : Arab, Rusia, Inggeris, Pushto
Tempat Lahir : Semenanjung Arab
Pengalaman Jihad : 12 tahun
Bumi Jihad yang telah di’kunjungi’: Afghanistan, Tajikistan, Chechnya

“Sekiranya kamu memberitahu saya di Afghanistan bahawa akan tiba satu hari di mana kita akan berperang dengan pihak Rusia DI DALAM Rusia, aku tidak akan mempercayaimu pada ketika itu.” [Ibn-ul-Khattab]

Dilahirkan di Semenanjung Arab, Khattab dibesarkan di dalam keluarga yang agak berada dan terpelajar. Beliau membesar menjadi seorang anak muda yang berani dan kuat, yang terkenal sebagai seorang yang nekad dan tidak mengenal erti takut. Selepas menguasai bahasa Inggeris, beliau mendapat tempat di sebuah Sekolah Tinggi (High School) Amerika pada tahun 1987. 1987 merupakan kemuncak Jihad Afghan menentang penjajahan tentera Soviet Union (ketika itu) di bumi Afghan. Anak-anak muda dari seluruh bumi umat Islam serata dunia bergegas ke Afghanistan menyahut seruan Jihad para Mujahid terkenal seperti Sheikh Abdullah Azzam (dibom pada 1989), Sheikh Tamim Adnani (meninggal dunia pada 1988) dan Usama bin Ladin.
Kisah-kisah perjuangan penuh dengan keajaiban atas kuasa Allah SWT dan kisah-kisah keberanian menentang ‘Superpower’ dunia ketika itu mula mencecah telinga umat Islam sedunia. Ketika hampir tiba masanya untuk beliau berangkat ke dunia baru melanjutkan pelajaran di Amerika Syarikat, Khattab memutuskan untuk mengikut para sahabat dan kaum-keluarga beliau ke Afghanistan untuk satu lawatan pendek. Sejak dari hari beliau melambai selamat tinggal pada kedua ibubapa dan keluarga beliau pada akhir 1987 tersebut, Khattab tidak pernah kembali.
Salah seorang daripada para Mujahideen menggambarkan tentang Khattab, anak muda belasan tahun, yang tiba di kem latihan pertamanya di Jalalabad, Afghanistan:
“Kem latihan berhampiran Jalalabad penuh dengan para Mujahideen yang datang dan pergi pada hampir setiap hari. Kami sedang bersiap-sedia untuk satu operasi besar-besaran menentang pihak Rusia dan para Mujahid yang telah menamatkan latihan mereka berkemas untuk meninggalkan kem latihan menuju ke barisan hadapan. Sedang kami bersiap-sedia untuk berangkat, sekumpulan rekrut baru tiba. Pada ketika itulah aku perasankan seorang anak muda belasan tahun di kalangan para rekrut baru tersebut: 16-17 tahun, berambut panjang dan berjambang yang belum tumbuh sepenuhnya lagi. Beliau terus berjumpa dengan para komander kem latihan tersebut dan merayu agar mereka membenarkan beliau ikut serta ke barisan hadapan. Para komander tersebut tentu sekali enggan menghantar seorang ‘budak’ yang tidak terlatih ke barisan hadapan tanpa apa-apa latihan. Aku lantas mendapatkan beliau, memberi salam dan bertanyakan nama beliau. Beliau menjawab, ‘Ibn-ul-Khattab’”
Khattab menyempurnakan latihan beliau dan turut serta di barisan hadapan. Salah seorang daripada jurulatih beliau adalah Hassan as-Sarehi, Komander operasi Kandang Singa di Jaji, Afghanistan, 1987. [Hassan as-Sarehi kini dipenjarakan di Kem Tahanan ar-Ruwais, Jeddah, Saudi Arabia, sejak 1996 atas tuduhan jenayah yang penjenayah sebenarnya telahpun dihukum bunuh]. Dalam tempoh enam tahun berikutnya, anak muda ini telah menjadi salah seorang daripada Komander Mujahideen yang paling berani dan payah untuk ditewaskan sepanjang sejarah Jihad di abad ke-20 ini. Beliau dikenali sebagai seorang yang enggan tunduk merebahkan diri ketika berhadapan dengan tembakan musuh dan keengganan beliau menunjukkan kesakitan selepas mengalami kecederaan. Dari serang hendap ke operasi ke serangan ke markas musuh, beliau telah berperang dengan Tentera Biasa dan Komando Soviet. Beliau turut serta di dalam semua operasi utama Jihad Afghan di antara tahun 1988 hingga 1993, termasuk penaklukan Jalalabad, Khost dan Kabul. Beliau terselamat dari maut beberapa kali, kerana masa beliau belum lagi tiba.
Seorang Mujahideen menceritakan bagaimana Khattab pada satu ketika ditembak di bahagian perut dengan sebutir peluru Mesingan Berat 12.7mm di Afghanistan. (Peluru 12.7mm digunakan untuk menebuk kereta perisai dan menembusi posisi pertahanan yang kuat: peluru ini menjadikan daging manusia seperti daging cincang, fakta yang diketahui oleh mana-mana pakar ketenteraan.):
“Ketika salah satu operasi, kami sedang duduk di dalam sebuah bilik sebuah rumah di Barisan Kedua. Hari sudah lewat dan pertempuran di Barisan Hadapan sangat hebat. Tidak beberapa lama kemudian, Khattab memasuki bilik tersebut; wajah beliau kelihatan pucat, tetapui selain daripada itu beliau berkelakuan seperti biasa. Beliau masuk ke dalam bilik, berjalan perlahan-lahan ke satu arah bilik tersebut dan duduk bersebelahan dengan kami. Khattab kelihatan luarbiasa diamnya, maka kami merasakan tentu ada sesuatu yang tidak kena, walaupun beliau tidak sedikitpun mengerutkan muka walaupun sekali mahupun menunjukkan apa-apa tanda kesakitan. Kami bertanyakan beliau samada beliau mendapat kecederaan; beliau menjawab bahawa ketika di Barisan Hadapan, beliau mendapat luka ringan, tiada apa-apa yang serius. Salah seorang dari kami kemudiannya pergi kepada beliau untuk melihat luka tersebut. Khattab enggan membenarkannya, terus mengatakan bahawa luka tersebut tidak serius. Mujahid tersebut terus memaksa Khattab untuk membenarkannya melihat dan kemudiannya beliau meletakkan tangannya ke bahagian perut Khattab. Pakaian Khattab basah dengan darah dan beliau mengalami pendarahan yang teruk. Kami kemudiannya terus memanggil sebuah kenderaan dan menghantar beliau ke hospital kami yang paling hampir; di sepanjang perjalanan beliau terus mengatakan bahawa kecederaan beliau itu ringan dan tidak serius.”
Ketika Tentera Soviet berundur dari Afghanistan dan pihak Komunis telah dikalahkan oleh Mujahideen, Khattab dan sekumpulan kecil para Mujahideen mendapat tahu tentang peperangan menentang musuh yang sama, tetapi kali ini di Tajikistan. Beliau kemudiannya terus berkemas dan mara ke Tajikistan pada tahun 1993 bersama-sama dengan sekumpulan kecil para Mujahideen. Dua tahun mereka di sana berperang dengan tentera Rusia di pergunungan yang bersalji tanpa senjata dan bekalan peluru yang secukupnya.
Ketika di Tajikistan Khattab kehilangan dua jari tangan kanannya ketika cuba membaling sebutir bom tangan buatan sendiri. Bom tangan tersebut meletup di tangan beliau dan dua daripada jari beliau cedera parah. Para Mujahid yang bersama-sama dengan beliau cuba menyuruh beliau pergi ke Peshawar untuk mendapatkan rawatan perubatan, tetapi Khattab enggan. Sebaliknya beliau meletakkan sedikit madu pada luka tersebut (seperti Sunnah Rasulullah SAW) dan membalutnya sambil menegaskan bahawa tidak perlulah beliau ke Peshawar. Jari-jari beliau kekal dalam balutan sedemikian sejak dari hari tersebut.
Selepas 2 tahun di Tajikistan, Khattab kembali bersama-sama dengan para Mujahideen yang bersama-sama dengan beliau ke Afghanistan, pada awal 1995. Pada ketika inilah peperangan di Chechnya meletus dan setiap orang keliru dengan pegangan agama bangsa Chechen dan kepentingan sudut keagamaan perang tersebut.
Khattab menggambarkan perasaan beliau apabila beliau melihat berita mengenai Chechnya di televisyen satelit pada suatu petang di Afghanistan:
“Apabila aku melihat kumpulan-kumpulan orang Chechen memakai kain lilit kepala dengan ‘Laa ilaha illallah…’ tertulis di atasnya dan melaungkan takbeer, aku memutuskan yang Jihad sedang berlangsung di bumi Chechnya dan aku mesti ke sana.”
Dari Afghanistan, Khattab berangkat bersama-sama dengan sekumpulan lapanorang para Mujahid, terus ke Chechnya, tiba di sana pada musim bunga 1995. Empat tahun berikutnya menjadikan perjuangan Khattab di Afghanistan dan Tajikistan kelihatan seperti permainan anak-anak tadika. Menurut statistik rasmi Rusia, lebih ramai tentera Rusia terbunuh selama tiga tahun peperangan Chechnya daripada jumlah mereka yang terbunuh selama 10 tahun penjajahan Soviet di Afghanistan.
Khattab telah disertai pula oleh beberapa orang daripada para Mujahideen Afghan yang bersama-sama dengannya sebelum ini dan mereka mula melatih penduduk tempatan Chechen dalam ilmu peperangan dan juga ilmu Islam. Mereka melancarkan beberapa operasi nekad ke atas Rusia di bumi Chechnya (Khartashoi, 1995; Shatoi, 1996; Yashmardy, 1996) dan di Rusia sendiri (Dagestan 1997 dan kini, 1999).
Salah satu daripada operasi beliau yang paling nekad adalah serang hendap di Shatoi pada 16 April 1996, di mana beliau memimpin sekumpulan 50 orang Mujahideen menghancurkan sebuah konvoi 50 kenderaan tentera Rusia yang sedang dalam perjalanan meninggalkan Chechnya setelah menghancurkan satu perkampungan umat Islam. Sumber rasmi Tentera Rusia menyatakan bahawa 223 orang tentera Rusia terbunuh (termasuk 26 orang pegawai atasan) dan setiap kenderaan musnah sama sekali. Operasi ini membawa kepada pemecatan dua atau tiga orang General tertinggi tentera Rusia di Moskow dan Boris Yeltsin mengumumkan berita tentang operasi tersebut di Parlimen Rusia. Lima orang Mujahid gugur shahid di dalam operasi tersebut. Keseluruhan operasi tersebut berjaya difilemkan (ketika pertempuran sebenar) dan sedutan foto-foto dari filem tersebut boleh dilihat di Azzam Publications [bahagian Pustaka Foto]
Beberapa bulan selepas itu, para Mujahideen di bawah pimpinan beliau melancarkan satu serangan ke atas berek tentera Rusia, memusnahkan helikopter bersenjata Rusia dengan peluru berpandu anti-kereta-kebal AT-3 Sagger panduan wayar. Sekali lagi, keseluruhan operasi ini, termasuklah kemusnahan helikopter-helikopter tersebut berjaya difilemkan.
Sekumpulan dari pejuang-pejuang dari bawah pimpinan beliau juga mengambil bahagian dalam serangan ke atas Grozny pada Ogos 1996, diketuai oleh Shamil Basayev.
Beliau juga memimpin sekumpulan 100 orang Chechen dan Mujahideen Antarabangsa pada 22 Disember 1997 memasuki 100km ke dalam kawasan Rusia dan menyerang ibupejabat Briged Rifel Bermotor 136, Tentera Rusia. 300 kenderaan Tentera Rusia dimusnahkan dan ramai askar-askar Rusia terbunuh [Operasi Dagestan]. 2 orang Mujahideen gugur shahid (insha-Allah) dalam operasi ini, termasuklah salah seorang Komander tertinggi Khattab, Komander Abu Bakr Aqeedah.
Selepas Tentera Rusia berundur dari Chechnya pada musim luruh 1996, Khattab telah diberi penghargaan sebagai wira Chechnya. Beliau telah dianugerahkan dengan pingat keberanian dan ketabahan oleh Kerajaan Chechnya dan diberi pangkat rasmi sebagai Jeneral, di dalam sebuah majlis yang turut dihadiri oleh Shamil Basayev dan Salman Raduyev, dua komander paling penting dalam peperangan Chechnya. Sebelum Jeneral Jawhar Dudayev meninggal dunia, beliau juga sangat menghormati Khattab. Ini adalah penghormatan yang diterima atas tindakan, bukan perkataan semata-mata.
Khattab percaya akan Jihad melalui media. Beliau pernah dilaporkan berkata, “Allah SWT memerintahkan kita memerangi orang kafir sebagaimana mereka memerangi kita. Mereka memerangi kita dengan media dan propaganda, maka kita juga patut memerangi mereka dengan media kita.” Atas sebab ini, beliau berkeras agar setiap operasi beliau difilemkan [bukan lakonan tetapi difilemkan ketika operasi berlangsung]. Dikatakan bahawa beliau mempunyai sebuah koleksi ratusan kaset video dari Afghanistan, Tajikistan dan Chechnya. Belia percaya bahawa perkataan semata-mata tidak mencukupi untuk menjawab tuduhan palsu media-media musuh. Beliau juga telah mengambil banyak keratan video kemusnahan Tentera Rusia dalam operasi Dagestan baru-baru ini, Ogos 1999, yang menunjukkan lebih 400 Tentera Rusia terbunuh, 10 kali ganda angka ‘rasmi’ Rusia, 40 orang askar terbunuh.
Khattab telah dikatakan oleh ramai umat Islam sebagai ‘Khalid bin Waleed zaman ini’. Beliau benar-benar mengimani bahawa kematian beliau hanya akan tiba pada masa yang telah ditulis dan titetapkan oleh Allah SWT, tidak sedetik sebelum atau sedetik selepasnya. Beliau telah banyak kali melepaskan diri dari kematian dan cubaan membunuh beliau - cubaan yang paling hampir adalah ketika beliau sedang memandu trak empat tan Rusia, yang telah dibom oleh tentera Rusia. Trak tersebut telah meledak hingga berkecai tetapi Khattab selamat tanpa apa-apa kecederaan.
Beliau bijak, berani dan mempunyai sifat kepimpinan yang tinggi. Beliau sangat disukai oleh para Mujahid pimpinan beliau, tetapi dikenali sebagai seorang yang tidak boleh dibuat main-main. Beliau selalu mengambil berat tentang tenteranya, menyelesaikan apa-apa masalah peribadi dan memberikan mereka wang dari sakunya sendiri agar mereka boleh berbelanja. Beliau mempunyai satu kumpulan komander yang sangat terlatih dan berpengalaman, setiap seorang mampu mengambil-alih peranan beliau sekiranya beliau gugur.
Di dalam satu nasihat kepada umat Islam di serata dunia, beliau pernah berkata:
“Perkara utama yang menghalang kita semua daripada berjihad adalah keluarga kita. Semua kami yang datang ke sini, datang tanpa kebenaran keluarga kami. Sekiranya kami telah mengikut kehendak mereka dan pulang ke rumah masing-masing, siapakah yang akan meneruskan kerja yang kami sedang lakukan ini? Setiap kali aku menelefon ibuku, malah sekarangpun, beliau akan memintaku pulang ke rumah, walaupun aku sudah 12 tahun tidak bertemu dengannya. Sekiranya aku pulang menziarahi ibuku, siapakah yang akan meneruskan kerja ini?”
Cita-cita Khattab adalah untuk terus berjuang menentang Rusia sehingga mereka meninggalkan setiap bumi umat Islam, dari Caucasus sehinggalah ke Republik Asia Tengah. Beliau pernah berkata, “Kita kenal Rusia dan kita tahu taktik mereka. Kita tahu kelemahan mereka; kerana itulah lebih mudah untuk kita menentang mereka berbanding tentera-tentera lain.”
Propaganda palsu pihak media menuduh Khattab melaksanakan tindakan ‘terrorist’ di serata dunia. Sesiapa yang telah membaca artikel ini dengan fikiran yang terbuka tentu sedar bahawa sikap Khattab adalah bersemuka dengan musuh secara berhadapan. Dan sekiranya memerangi tentera dan askar yang memusnahkan kehidupanmu, menjadikan wanita-wanitamu janda dan anak-anakmu yatim, bermakna ‘terrorism’, maka biarlah sejarah menjadi saksi bahawa Khattab memang ‘terrorist’.
Pada 1979, Soviet Union menakluk Afghanistan. 20 tahun kemudian, tiada lagi Soviet Union, dan apa yang tinggal darinya sedang ditakluk semula oleh para Mujahideen yang bangkit untuk menentang penaklukan asal tersebut - mungkin inilah kesilapan paling besar sebuah kerajaan pada abad ke-20 ini.
“Sekumpulan kecil. Merekalah yang meneruskan cita-cita ummah Islam ini. Dan sekumpulan yang lebih kecil lagi dari kumpulan kecil ini. Merekalah yang mengorbankan keinginan keduniaan peribadi mereka demi untuk bertindak dalam usaha memenuhi cita-cita tersebut. Dan sekumpulan yang lebih kecil dari kumpulan elit ini. Merekalah yang mengorbankan jiwa dan darah mereka demi mendapatkan kejayaan untuk cita-cita dan keyakinan ini. Maka, mereka adalah sekumpulan kecil dari sekumpulan kecil dari sekumpulan kecil.” [Shaheed Dr Sheikh Abdullah Azzam, dibunuh 1989]

Sumber: sabiluna.net, dari Azzam Publications www.azzam.com , Ogos 1999

Syaikh Hamuud bin ‘Uqla Asy-Syu’aiby

Jum’at 18 Januari 2002, bertepatan dengan 4 Dzulqo’dah 1422 H, umat Islam (khususnya Mujahidin) telah kehilangan salah satu dari `Ulama Senior, Fadhilatusy Syaikh Hamoud bin `Uqla Asy-Syu`aiby – rohimahullohu. Hal ini mungkin adalah kehilangan terbesar Ummat Islam dan Mujahidin setelah syahidnya Syaikh Abdulloh Azzam pada tahun 1989. Berikut ini adalah ringkasan biografy Syaikh yang diambil dan diterjemahkan dari beberapa sumber.
Beliau adalah Syaikh al Allamah Abu `Abdullah Hamud bin `Abdillah bin `Aqla` bin Muhammad bin Ali bin `Aqla` Asy Syu`aibi al Khalidi, termasuk keluarga Junah dari Bani Khalid. Lahir pada tahun 1936 H. Dan tumbuh dikomplek perumahan pegawai pos. Ketika berusia tujuh tahun mengalami kebutaan akibat penyakit kronis yang dideritanya. Meski demikian, beliau tetap dapat menyelesaikan studinya dalam menjalani kitab. Ayahnya sangat bersungguh-sungguh mengasuh dan mendidiknya. Hafidz Al qur`an pada usia 15 tahun, juga hafal beberapa isi kitab dibawah bimbingan syaikh `Abdulloh bin Mubarok Al Amiri.
Selanjuatnya beliau pindah ke Riyadh untuk menuntut ilmu pada tahun 1367 H atas saran ayahnya. Beliau mulai menuntut ilmu kepada Fadhilah asy Syaikh `Abdul Latif bin Ibrohim Alu asy Syaikh, dan mendapatkan dasar-dasar keilmuan. Selanjutnya berpindah untuk belajar kepada Samahah asy Syaikh Muhamad bin Ibrohim Alu Asy Syaikh pada tahun 1368 H, dan tinggal bersama gurunya itu sehingga mendapatkan sebagian besar ilmu darinya. Beliau juga menjadi murid dari sejumlah masyayikh selain keduanya, diantaranya adalah Fadhilah asy Syaikh Ibrohim bin Sulaiman, Fadhilah asy Syaikh Su`ud bin Rasywad, Fadhilah asy Syaikh `Abdulloh bin Muhammad bin Humaid, Fadhilah Asy Syaikh `Abdul `Aziz bin Rasyid dan beberapa lagi lainnya selain mereka.
Sesudah fakultas syari`ah di Riyadh dibuka, beliau belajar disana dari Samahah asy Syaikh `Abdul `Aziz bin Baz rohimahulloh, Syaikh Muhammad al Amin asy Syinqithi. Beliau mulazamah kepada mereka sampai kerumah gurunya dan mendapatkan pelajaran tentang logika, ushul fiqh dan tafsir. Pada tahun 1376 H beliau lulus dari fakultas Syari`ah kemudian menjadi pengajar di Al Ma`had Al `Alami di Riyadh. Tahun 1378 H menjadi dosen pengajar di fakultas syari`ah. Selama rentang waktu 40 tahun mengajar hadist, fiqh, ushul fiqh, tauhid, nahwu dan tafsir. Karir akademiknya terus menanjak hingga mendapat gelar profesor.
Beliau juga menghasilkan beberapa tulisan, diantaranya adalah: Imamah al `Uzhma, Syarh Juz`i min Bulughul Al Marom, ikut serta menyusun kitab Tashil al Wushul ila `Ilm al Ushul yang dibuat oleh Universitas Islamiyah dan Al Qoul al Mukhtar fie Hukmi al Isti`anah bi al Kuffar. Beliau juga mengeluarkan cukup banyak fatwa dan mudzakirot yang berbeda-beda dan beraneka ragam (berisi tentang ajakan untuk menentang derakan penyimpangan dan bid`ah. Salah satunya berbicara pembuatan patung dan larangan untuk mengadakan pesta-pesta nyanyian, hari ray ayang bid`ah, pemimpin wanita dan lain-lainnya termasuk jug Tazkiyyat li al `Ulama wa al Mushilihin. Semoga Alloh ta`ala membalas usaha yang sungguh-sungguh dan jujur itu dengan kebaikan.
Dari tangan beliau telah lahir sejumlah besar `ulama, asatidzah dan menteri; diantaranya adalah Ma`ali Dr `Abdulloh bin `Abdil Mushin at Turki (Mentri urusan Keislaman), Ma`ali Dr `Abdulloh bin Muhammad bin Ibrohim Alu Asy syaikh (Menteri Peradilan), Fadhilah asy Syaikh Dr Sholih bin Fauzan al Fauzan (anggota Lembaga Kibarul `Ulama), Fadhilah asy Syaikh Salman bin Fadh al `Audah, Fadhilah asy Syaikh al Mujahid `Ali bin Hudhair al Hudhair, Fadhilah asy Syaikh Qodhi bin Tamyiz `Abdirrohman bin Sholih al Jibr, Fadhilal asy Syaikh Qodhi Tamyiz `Abdurrohman bin Sulaiman al Jarulloh dan masih banyak sekali para tokoh lainnya yang mendapatkan pengajaran dari beliau.
Kecintaan pada Mujahid
Kehidupan beliau berputar di sekitar Jihad dan Mujahidin. Beliau selalu mengikuti berita tentang Jihad dimanapun. Perhatiannya dalam masalah Jihad ini sudah dikenal karena keberaniannya dalam berbicara ketika ulama lain diam. Beliau selalu mengatakan apa yang beliau percayai sebagai kebenaran dan tidak takut kepada siapapun kecuali Allah. Beliau adalah satu diantara sedikit ulama di Saudi Arabia yang berani mengatakan ke masyarakat umum tentang kufurnya Pemerintah Saudi karena pertolongannya pada orang-orang Kafir terhadap kaum Muslimin. Karena alasan inilah, meskipun dia buta dan sudah berumur 70-an, Syaikh dipenjara pada tahun 1995.
Beliau memiliki perhatian yang luar biasa terhadap situasi terkini para Mujahidin di Afghanistan, sampai-sampai orang-orang dekatnya khawatir sesuatu akan terjadi pada Syaikh.
Salah seorang murid beliau mengatakan:
“Kebanyakan dari malam-malam beliau dihabiskan dalam berdoa untuk para Mujahidin di Afghanistan. Beliau adalah orang yang behati sangat lembut yang mudah meneteskan air mata. Ketika mendengar berita bagus beliau akan menangis karena bahagianya, dan ketika mendengar berita buruk beliau akan menangis kesedihan.”
Ketika ada yang mencela Mujahidin, beliau akan menjadi sangat marah. Murid-murid beliau bisa mengetahui situasi terkini Mujahidin hanya dengan melihat ekspresi wajahnya ketika memasuki majelis.
Setelah jatuhnya Kunduz, beliau menjadi sangat sedih sampai-sampai murid-murid beliau khawatir beliau akan meninggal karena kesedihannya, beliau selalu mengulang-ulang “Dimanakah kaum muslimin? Dimanakah kaum muslimin?”
Beliau orang yang sangat soleh dan seorang alim. Beliau juga seorang ahli ibadah yang tekun. Beliau sangat mendukung kebenaran dan orang-orangnya, serta sangat benci pada kebatilan dan orang-orangnya. Beliau adalah orang yang sangat berani dan pemberani dan tidak takut dengan konsekuensinya ketika mengatakan kebenaran. Hal ini bisa terlihat ketika beberapa kawannya menyarankan beliau untuk tidak mengatakan apa yang telah beliau lakukan – tapi beliau memperdulikannya
Beliau adalah salah satu dari ulama-ulama Saudi Arabia pertama yang menfatwakan pada masyarakat Muslim untuk mendukung pemerintahan Taliban.
Setelah peristiwa 11 September 2001, ketika banyak kalangan dari Dunia Islam yang berada di sisi Amerika, beliau mengeluarkan fatwa untuk mengklarifikasi Kebenaran dan menyeru Ummat Islam untuk datang mendukung Taliban dan Para Mujahidin di Afghanistan. Banyak dari murid beliau yang memenuhi seruan ini dan berangkat ke Afghanistan, dan beberapa diantaranya telah syahid.
Sebelum beliau wafat, beliau sempat mengirimkan surat kepada para Ulama Pakistan, bersama dengan murid-murid beliau, Syaikh Sulaiman bin Nashir Al `Unwan dan Syaikh Ali Al-Khudayr. Beliau juga menulis surat dukungan kepada Amirul Mukminin Mullah Muhammad Umar Mujahid.
Ya Allah !
Ampunkanlah Syaikh Hamoud bin Uqla Asy-Syu’aiby dan penuhilah dia dengan rahmat-MU
Jadikanlah kuburnya sebagai kebun dari kebun-kebun Jannah
Selamatkanlah dia dari azab kubur
Selamatkanlah dia dari huru hara besar pada hari Kiamat
Amiin.
Syaikh Hamoud seperti ayah bagi Mujahidin di seluruh dunia. Dan meskipun beliau mungkin belum pernah bertemu sebagian diantara mereka di dunia, beliau senantiasa meminta pada Allah untuk mengumpulkannya bersama mereka semua di tempat tertinggi di Jannah, bersama dengan para Nabi, Shiddiqqiin, Syuhadaa dan sholihin, karena merekalah sebaik-baik teman. Amiin.

sumber:www.sabiluna.net

Dr Sheikh Abdullah Azzam

(Orang yang Paling Bertanggung Jawab Terhadap bangkitnya Jihad di Abad 20)

Abdullah Azzam dilahirkan di sebuah kampung di Utara Palestin yang dikenali sebagai Selat al-Harithia di daerah Genine pada tahun 1941. Bapanya bernama Mustaffa yang meninggal dunia setahun selepas pembunuhan anaknya. Ibunya pula bernama Zakia Saleh yang meninggal dunia setahun sebelum Sheikh Abdullah Azzam dibunuh. Ibunya dikebumikan di kem Pabi.
Beliau dari keluarga yang baik latar-belakang keagamaannya. Keluarga beliau gembira mempunyai anak lelaki, Abdullah Yusuf Azzam, yang istimewa di kalangan kanak-kanak lain dan mula menyebarkan dakwah pada usia yang muda. Rakan-rakan beliau mengenali beliau sebagai seorang yang warak. Beliau menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan pada usia muda. Guru-guru beliau melihat keistimewaan ini sejak beliau di bangku sekolah lagi. Beliau menyertai al-Ikhwan-ul-Muslimin sebelum mencapai usia baligh.
Sheikh Abdullah Azzam telah dikenali kerana ketabahan dan sifat beliau yang serius sejak beliau masih kecil lagi. Beliau menerima pendidikan awal peringkat sekolah rendah dan menengah di kampung beliau sebelum menyambung pelajaran beliau di Kolej Pertanian Khadorri sehingga ke peringkat Diploma. Walaupun beliau merupakan pelajar termuda di kalangan rakan-rakan beliau, beliau merupakan yang paling pandai dan bijak. Setelah menamatkan pengajian di Kolej Khadorri beliau bekerja sebagai seorang guru di sebuah kampung bernama Adder di Selatan Jordan. Kemudian beliau menyambung pengajian di Kolej Shariah di Universiti Damascus sehingga memperolehi Ijazah B.A. dalam Shariah pada 1966. Selepas pihak Yahudi menawan Tebing Barat pada tahun 1967, Sheikh Abdullah Azzam berhijrah ke Jordan, kerana beliau tidak mahu tinggal di bawah penjajahan Yahudi di Palestin. Pengalaman melihat kereta-kereta kebal Israel bergerak masuk ke Tebing Barat tanpa apa-apa tentangan meningkatkan azam beliau untuk berhijrah bagi mendapatkan kemahiran yang diperlukan untuk berperang.
Pada lewat 1960-an beliau menyertai Jihad menentang penjajahan Israel di Palestin dari Jordan. Pada ketika itu juga beliau menerima Ijazah Masters di dalam bidang Shariah dari Unversiti al-Azhar. Pada tahun 1970 sesudah Jihad terhenti kerana kekuatan PLO dipaksa keluar dari Jordan, beliau menjadi seorang pensyarah di Universiti Jordanian di Amman. Pada tahun 1971 beliau dianugerahkan biasiswa ke Universiti al-Azhar di Kaherah di mana beliau memperolehi Ijazah Kedoktoran di dalam bidang Ussul al-Fiqh pada 1973. Ketika di Mesir beliau telah berkenalan dengan keluarga Syed Qutb.
Pada tahun 1979 beliau meniggalkan universiti tersebut lantas berpindah ke Pakistan untuk hampir dengan Jihad di Afghanistan. Di sana juga beliau mengenali pemimpin-pemimpin Jihad. Semasa mula-mula tiba ti Pakistan beliau telah dilantik sebagai pensyarah di Universiti Islam Antarabangsa di Islamabad. Selepas beberapa ketika beliau mengambil keputusan untuk berhenti dari tugas universiti untuk menumpukan keseluruhan masa dan tenaga beliau kepada Jihad di Afghanistan.
Abdullah Azzam sangat banyak dipengaruhi oleh Jihad di Afghanistan dan Jihad di Afghanistan juga sangat banyak dipengaruhi oleh beliau sejak beliau menumpukan seluruh masa beliau untuk Jihad. Beliau menjadi seorang yang disegani di arena Jihad Afghanistan disamping para pemimpin Afghan sendiri. Beliau menumpahkan seluruh daya usaha untuk menyebarkan dan memahamkan Jihad di Afghanistan ke seluruh dunia, terutamanya melalui Ummah Islam. Beliau mengubah pandangan umat Islam tentang Jihad di Afghanistan dan menyedarkan bahawa Jihad adalah tuntutan Islam yang dipertanggung-jawabkab pada semua umat Islam di seluruh dunia. Berkat hasil usaha beliau, Allah menjadikan Jihad Afghan satu Jihad universal yang disertai oleh umat Islam dari serata pelosok dunia.
Jihad di Afghanistan telah menjadikan Abdullah Azzam tunggak pergerakan Jihad zaman ini. Melalui usaha beliau menyertai Jihad ini, menyebarkan dan memahamkan Jihad ini, membuang halangan-halangan pada Jihad ini, beliau berperanan penting dalam mengubah pemikiran umat Islam tentang Jihad dan keperluan Ummah ini pada Jihad. Beliau menjadi idola generasi muda yang menyahut seruan Jihad. Beliau sangat menghargai Jihad dan keperluan Ummah ini pada Jihad. Pernah beliau berkata, ‘Aku rasa seperti baru berusia 9 tahun, 7 setengah tahun di Jihad Afghan, 1 setengah tahun di Jihad Palestin dan tahun-tahun yang selebihnya tidak bernilai apa-apa.
Beliau juga melatih keluarga beliau dengan kefahaman dan semangat yang sama. Isteri beliau contohnya, terlibat dengan penjagaan anak-anak yatim dan lain-lain kerja kebajikan di Afghanistan. Beliau sendiri menolak jawatan pensyarah dari beberapa buah universiti sambil berikrar bahawa beliau tidak akan meninggalkan Jihad sehingga beliau gugur Shahid. Beliau juga selalu mengatakan bahawa matlamat utama beliau adalah untuk membebaskan Palestin. Tentu sekali komitmen yang sebegitu tinggi pada Islam menimbulkan keresahan di kalangan musuh-musuh agama ini. Mereka bersekongkol untuk membunuh beliau. Pada tahun 1989, sebuah periuk-api anti kereta-kebal diletakkan di bawah mimbar yang beliau gunakan untuk menyampaikan khutbah Jumaat. Bahan letupan tersebut adalah sangat merbahaya dan sekira meletup akan memusnahkan masjid tersebut bersama-sama dengan segala-gala benda dan para jemaah di dalamnya. Tetapi dengan perlindungan Allah, periuk-api tersebut tidak meletup dan ratusan orang Islam terselamat.
Musuh-musuh Islam ini terus berusaha; Pada hari Jumaat, 24 November 1989 di Peshawar, Pakistan, mereka telah menanam tiga buah bom di sebatang jalan yang sempit. Beliau meletak kereta di kedudukan bom pertama dan kemudian berjalan ke masjid untuk bersolat Jumaat. Beliau telah dibunuh bersama-sama dengan dua orang anak lelakinya, Muhammad dan Ibrahim, beserta dengan anak lelaki al-marhum Sheikh Tamim Adnani (seorang lagi perwira di Afghan) dengan 20kg TNT (Dinamit) yang diletupkan dengan alat kawalan jauh. Selepas letupan yang kuat itu itu orang ramai keluar beramai-ramai dari masjid dan kelihatanlah satu keadaan yang mengerikan. Hanya bahagian kecil dari kereta tersebut yang kelihatan. Anak beliau, Ibrahim, melambung 100 meter; begitu juga dengan dua orang anak-anak lagi. Cebisan mayat mereka berteraburan di atas pokok-pokok dan wayar-wayar elektrik. Sheikh Abdullah Azzam pula, tubuh beliau dijumpai bersandar pada sebuah tembok, dalam keadaan sempurna dan tiada luka atau kecederaan walau sedikitpun melainkan sedikit darah yang mengalir dari bibir beliau. Begitulah tamatnya kehidupan seorang Mujahid di dunia ini dan insha-Allah menyambung pula kehidupannya di sisi Allah.
Beliau dikebumikan di Tanah Perkuburan Shuhada Pabi di mana beliau menyertai ribuan para Shuhada.

Sumber: sabiluna.net, dari Azzam Publications www.azzam.com